Posts

UPACARA ADAT RAMBU SOLO , SULAWESI

Image
Upacara Adat Rambu Solo sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian, karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini lengkapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman, bahkan selalu diajak berbicara. Oleh karena itu, masyarakat setempat menganggap Upacara Adat Rambu Solo ini sangat penting, karena kesempurnaan upacara ini akan menentukan posisi arwah orang yang meninggal tersebut, apakah sebagai arwah gentayangan (bombo), arwah yang mencapai tingkat dewa (to-membali puang), atau menjadi dewa pelindung (deata). Upacara Rambu Solo menjadi sebuah “kewajiban”, sehingga dengan cara apapun masyarakat Tana Toraja akan mengadakannnya sebagai bentuk pengabdian kepada orang tua mereka yang meninggal dunia. Kemeriahan upacara Rambu Solo d

SUKU BUDAYA JAWA TENGAH

Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hamp

ADAT ISTIADAT KAB.KEBUMEN

Macam-macam Kenduren : Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat. Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya, kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain : kenduren wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan,

KEBUDAYAAN SUKU BATAK ” ULOS ”

Image
ULOS adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang berbentuk selendang. Ulos dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan dari India. Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama. Awalnya ulos berfunsi untuk menghangtkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh dari udara dingin), tetapi pada zaman sekarang ulos memiliki fungsi simbolis untuk hal-hal dalam kehidupan suku Batak. Setiap ulos memiliki makna tersendiri. Dalam pandangan suku Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan panas. Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos berfungsi memberi panas yang d

BUDAYA DAN KULINER BANYUMASAN

Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai adat atau kebudayaan yang beragam,baik budaya kuliner,budaya pakaian,dan budaya yg timbul dari kebiasaan masyarakat.Budaya kuliner diantaranya:mendoan,pecel,getuk goreng dll.Budaya pakaian yaitu batik banyumasan.dan budaya yg timbul dari kebiasaan masyarakat antara lain:Lengger,begalan,musik kenthongan,Ebeg(kuda lumping)dll. BUDAYA KULINER BANYUMASAN Kuliner Banyumas sangat beragam dan sangat terkenal,kuliner Banyumas muncul dari resep2 dari masyarakat Banyumas pada zaman dulu.Di Kabupaten Banyumas kuliner ini banyak dijual dan dijadikan oleh2 khas Banyumas,diantaranya mendhoan dan getuk goreng. A.    MENDHOAN Mendhoan, itulah nama dari tempe yang ukurannya lebih lebar dari ukuran tempe pada umumnya. Makanan yang terbuat dari fermentasi kedelai ini berasal dari Banyumas, Jawa Tengah. Cara membuatnya sama dengan tempe biasa hanya saja ukurannya lebih lebar dan lebih tipis. Di daerah Purwokerto,Banyumas